Oct 24, 2020

24 Oktober 2020

Oh, jadi gitu.

Mungkin kita pernah berpendapat tentang prinsip hidup yang ternyata hanya sekedar memenuhi kepuasan diri sendiri.

Ternyata bukan prinsip hidup yang kita dapat, melainkan salah jalan yang kita pilih. Tujuan akhirnya mungkin benar.

Namun, salah jalan atau salah kita dalam berprinsip membuat kita hanya berputar-putar bahkan mungkin membuat kita mundur dan semakin jauh dari tujuan akhir kita.

Merenung dan bertukar gagasan dengan teman sejalan membuat kita sadar ternyata hidup tidak hanya sekedar hidup untuk kepuasan diri sendiri.

Tujuan akhir memang selalu ada di depan. Namun apakah kita masih ingin mempertahankan kepuasan diri sendiri yang ternyata hanya membuat kita semakin jauh dari tujuan atau kita harus berani menjilat ludah kita sendiri untuk dekat dengan tujuan akhir.

Kematian memang sudah ditentukan. Tetapi akankah kita menentukan cara kematian yang dapat kita pilih sendiri?

Oct 8, 2020

8 Oktober 2020 #CabutOmnibuslaw #RUUCilaka

Kenapa kami dilarang untuk bersuara? Padahal para pendahulu telah menjamin kebebasan kami untuk bersuara. 

Kenapa kalian hadang kami dengan cambuk rotan? Padahal kami berusaha menyelamatkan generasi mendatang.

Kami paham kalian hanya mengikuti perintah atasan, tapi kenapa kalian lupa akan kebenaran?

Biarkan kami bersuara, jangan hadang kami tapi lindungi kami. Agar kelak generasi nanti masih bisa memandang indahnya negeri tanpa tirani.

Oct 7, 2020

7 Oktober 2020 #AtasiVirusCabutOmnibus #TolakOmnibuslaw

Bung, tempo hari kau pernah bilang bahwa perjuangan kami sulit karena melawan bangsa sendiri. Yang ternyata adalah anak cucumu dan teman-temannya.

Bung, apa kau disana marah melihat tingkah laku dia menyanding nama besarmu hanya untuk menjajah bangsa yang dulu kau usahakan untuk merdeka dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Bung, kami mohon maaf karena telah menghina anak cucumu karena tingkah laku mereka yang licik kepada kami.
Bung, kami juga mohon izin untuk melengserkan anak cucumu dan teman-temannya.

Doakan dan restui kami bung, agar berhasil melengserkan mereka dalam waktu yang sesingkat-singkatnya seperti pidato mu dulu.

Mar 10, 2020

10 Maret 2020

Ternyata benar nampaknya, bahwa hanya aku yg merindukanmu. Sedangkan kamu mengabaikanku. Aku memang sudah pasrah dengan sedikit usahaku untuk mendekatimu. Tapi aku tidak pernah berhenti mengharapkanmu. Kemarin lalu, aku kembali memilih berhenti mendekatimu, entah sejenak atau untuk selamanya. Agar kekecewaan yang aku alami dapat ku terima dengan dada yang lapang dan pikiran yang lebih dewasa. Namun sayang, saat ini aku semakin mengharapkan sedikit perhatian dari kamu yang semakin menjauh. Atau ternyata aku hanya mengharapkan imajinasi yang menjadi kenyataan? Jika memang kenyataannya aku hanya bisa hidup dari imajinasi, biarkan aku menikmatinya dengan senyuman. -Bandung, 10 Maret 2020-

Mar 7, 2020

7 Maret 2020

Kali ini aku benar-benar pasrah. Aku tidak akan memaksamu jika nyatanya kita hanya bisa berteman. Mungkin ini juga yang akan kamu baca untuk terakhir kalinya. Aku akan kembali berteman dengan sepi. Kembali berjumpa dengan mati rasa. Bertemu dengan yang paling sulit, menyembuhkan diri. Aku harap kali ini kamu memilih dengan tepat. Sekalipun tidak tepat, ku harap kamu siap dengan resiko pilihanmu kali ini. Terima kasih untuk perkenalan singkat dan pertemuan yang cukup. Mohon maaf jika aku pernah berkata kasar, jika aku pernah menyulitkan hidupmu. Jangan pernah sungkan jika butuh bantuan dari ku, aku selalu berusaha siap jika itu untuk membantumu. Semoga kita dapat bertemu kembali dengan aku yang lebih waras. Berbahagialah disana. Aku pamit. Mohon maaf dan terima kasih :)

Mar 5, 2020

5 Maret 2020

Terima kasih untuk penolakan yang kesekian kalinya.
Aku terlanjur keras kepala untuk sadar kalau kamu semakin menghindar. Tapi aku masih sanggup untuk mencobanya lagi. Ya meskipun cara yang ku lakukan tetap sama dan tetap gagal. Namun aku belum mau untuk menyerah. Mungkin, tidak akan pernah menyerah. Gila? Ya, aku sepertinya semakin gila untuk mencoba lagi dan lagi dan lagi dan lagi dan lagi dan lagi dan lagi dan lagi dan lagi dan lagi dan lagi dan lagi dan lagi dan apa? Siapa yang tahu jawabnya selain Tuhan? Aku hanya berusaha mendekat dan kamu pun berusaha menjauh. Terima kasih. Terimalah kasih. Terima kasih.

Mar 3, 2020

3 Maret 2020

Kenapa? Kenapa tiba-tiba menjauh? Kenapa semakin menghindar? Apa aku yg terlalu menyebalkan? Apa ini yg semakin membuatku menyebalkan? Atau apa? Maaf lagi kalau memang perlu dan harus. Kalau kamu ingin aku menjauhimu kenapa tidak katakan langsung saja? Aku tunggu kabar baik dan cerita darimu. Mungkin sesekali aku akan tetap mengabarimu dan menanyakan kabarmu. Ciao!

Feb 27, 2020

27 Februari 2020

Maaf kalau kamu merasa terganggu dengan sikapku yg membatu. Aku hanya berusaha untuk masuk ke dalam pikiran dan perasaan mu. Aku sadar kalau kamu berusaha mengabaikanku. Aku juga sadar kalau cara ku ini terlalu mengganggumu. Tapi aku tetap membatu. Ya seperti batu, hanya bergerak karena bantuan yg lain. Tapi batu juga bisa menyakiti bila dilempar keras, atau mungkin malah hancur sendiri karena kalah keras. Semoga aku menjadi batu yg hancur karena kalah oleh kerasnya sikap mu itu. Semoga juga aku tidak menjadi batu yg akan menyakitimu kelak. Aku hanya ingin menjadi batu yg bisa menjadi pijakan untuk langkah kakimu di jalan yg berlubang, agar tak goyah langkah kakimu yg sebenarnya sangat kuat namun sering hilang keseimbangan dan terkadang salah berpijak. Namun sepertinya aku hanya akan menjadi batu yg terkubur di dalam tanah karena terlalu kotor dan sedikit rapuh.
Aku sebenarnya ingin berbicara banyak denganmu setiap waktu. Sayang aku tak mampu mencari pembicaraan selain pertanyaan membosankan dan isi kepalaku yg aneh. Padahal aku hanya ingin membicarakan semua isi kepalaku kepadamu. Tapi mungkin itu terlalu aneh atau mungkin malah terlalu membosankan bagimu. Kenapa kamu? Mungkin baru kali ini aku benar-benar berani dan nyaman mengeluarkan semua isi kepalaku yg aneh. Apa mungkin ini rasanya menjadi aneh? Sedikit teman, sedikit perhatian, sering dijauhi karena aneh, karena dianggap bodoh. Atau mungkin ini yg namanya karma. Jika benar ini karma yg harus aku tanggung, biar aku menikmati dan menangisi setiap karma yg ku tanggung setiap hari. Mungkin dengan begini aku akan terus mengingat dan menyebut nama mu dalam pertemuan suci tiap malam. Tak peduli tulisan ini terbaca atau tidak oleh mu, namun ini salah satu caraku agar tidak pernah berhenti mengingat kamu yg semakin jenuh dengan keanehan dan membatunya sikapku. Sekali lagi maaf. Terima kasih.

Feb 21, 2020

21 Februari 2020

Ada rasa senang dan gembira yang tak pantas kali ini. Ingin ku abaikan namun sudah lama juga aku menantikannya. Akhirnya hubunganmu dengannya telah berakhir. Semoga kali ini benar-benar berakhir. Tapi sepertinya aku harus bersabar sedikit untuk meminta hatimu untukku. Mungkin karena aku ingin membiarkanmu merasakan bebasnya hidup sendiri. Aku juga takut akan penolakan yang berujung kehilangan. Aku juga malu karena belum menjadi apa-apa. Terlebih lagi, kamu lebih kuat dan hebat.
Semoga jika nanti aku sudah berani dan siap untuk meminta hatimu, aku tidak terlambat lagi.
Semoga jika nanti kita sejalan, kamu mau menerima banyak kekurangan dari diriku yang lambat berbenah diri.
Semoga nanti aku tidak banyak membuatmu sakit.
Kamu siap? Aku siap.
Aku mau. Kamu mau?

Feb 17, 2020

17 Februari 2020

Setelah beberapa waktu kita saling diam tanpa bertanya kabar. Akhirnya tiba waktunya diamku kepadamu berhenti. Kita kembali saling bercerita dan saling meminta maaf atas ego masing-masing. Terlebih egoku yang terlalu berlebihan. Aku sadar kalau selama ini aku terlalu ingin didengar olehmu. Tanpa pernah aku mendengarkanmu. Mungkin karena perkenalan kita yang terlalu singkat. Atau karena aku yang terlalu egois. Hingga akhirnya aku mengerti bahwa akulah yang seharusnya mendengarkanmu. Sebab kupikir hanya aku yang mengalami beban berat. Namun ternyata kita memiliki berat beban dan beban berat yang cukup berbeda. Mungkin beban ku lebih berat dari beban yang kamu miliki. Tapi berat beban yang harus kamu tanggung ternyata lebih berat menurutku. Mungkin mulai saat ini aku akan lebih banyak mendengarkanmu. Sebanyak apapun ceritamu dan seaneh apapun itu aku akan tetap mendengarkan. Tak perlu sungkan atau takut. Pandangan dan perasaanku kepadamu tetap sama, tetap cinta yang sama. Maaf kalau terlalu berlebihan. Kamu masih menjadi kepala telur yang sama. Kepala telur yang kuat dan mandiri. Kepala telur yang absurd dan menyebalkan. Kepala telur yang ku harap sampai nanti. Sampai jenuh sampai mati. Sampai nanti kita tua lalu mati. Walaupun nantinya kita belum tentu bersatu. Aku tetap padamu. Asuuu!

Feb 11, 2020

11 Februari 2020

Hai. Bagaimana kabarmu? Semoga baik-baik saja. Maaf kalau aku menghilang belakangan ini. Aku takut untuk menghubungi dan berbicara denganmu. Aku takut pada harapanku sendiri. Memang perkenalan kita sangat singkat, tapi harapan yang ku tanam padamu terlalu besar. Itu juga yang membuatku takut. Mungkin memang lebih baik jika aku menghilang. Kamu pun pasti tak masalah jika aku menghilang, sebab kita berasal dari tak saling mengenal. Tapi harapanku tak pernah menghilang sedikit pun. Kini biarkan aku menghilang tanpa membawa harapan ku. Biarkan harapanku tetap mengharapkanmu. Mungkin nanti ia bisa membawaku kembali. Entah kembali hidup atau kembali hilang. Terima kasih.

Feb 5, 2020

4/5 Februari 2020

Sampai berjumpa di lain kesempatan. Jaga kesehatan. Jangan lupa makan. Jaga pikiran. Jaga perasaan. Semoga nanti kita bertemu dalam kewarasan. Sampai bertemu di lain waktu. Salam untuk semua yang mengenalku. Saatnya mati lampu. Semoga harapan masih sanggup memberi penerangan.

Feb 1, 2020

1 Februari 2020

Hai. Semoga kamu baik-baik saja. Maaf kalau semalam aku terlalu memaksa agar kita dapat berbicara. Namun sayangnya, kamu tidak bisa. Katamu, kamu sedang bermasalah dengannya. Ya, maaf kalau aku terlambat mengerti keadaanmu semalam. Sebab aku memang sedang kacau semalam, pikiranku terlalu rumit. Mungkin karena aku sedang jenuh. Ya, jenuh dengan keadaan ku belakangan ini. Akhirnya aku kembali bercerita kepada benda-benda mati di kamar ku lagi. Dan anehnya lagi, semalam aku menangis! Setelah sekian lama aku benar-benar menangis! Aku menangisi keadaan ku sendiri, aku menangisi nasib ku sekarang dan yang paling aneh aku kembali menangis untuk seorang wanita. Ya, kamu orangnya. Kenapa? Aku juga tidak begitu paham kenapa aku harus menangis untukmu. Yang aku ingat, aku hanya ingin ngobrol denganmu sementara kamu sedang tidak bisa. Kemudian aku merasa tak ada seorangpun yang mau mendengar keluh kesahku dengan sempurna. Ya, kemudian aku menangis. Norak? Bohong? Ya terserah jika kamu tidak percaya. Tapi kamu tahu, aku tak pernah merahasiakan apapun kepadamu. Merasa bersalah? Jangan, jangan, jangan merasa bersalah. Jika ada yang harus disalahkan harusnya aku yang salah. Bangga? Ya, kamu harus bangga jika ada pria yang menangis karena mu, sebab baginya kamu telah menjadi seseorang yang penting baginya. Meski pria itu tidak terlalu penting untuk mu. Senyum-senyum kecil? Silakan, aku senang melihat kamu tersenyum. Setidaknya sekarang perasaanku sudah lega, ya semoga benar-benar lega. Jika nantinya perasaanku kacau lagi, aku telah menemukan cara untuk mengobatinya. Maaf ya kalau semalam dan kemarin aku selalu mengganggu mu.

Jan 24, 2020

24 Januari 2020 (3)

Ternyata kecemasanku lahir dari rasa cemburu. Aku cemburu melihatmu bersama dia. Aku cemburu pada semua hal yang aku impikan kau berikan kepadanya. Bahkan marahmu padanya dapat membuatku cemburu, meski terkadang aku senang jika kalian sedang bertengkar. Jahat? Memang.
Mungkin tidak pantas memang kalau aku cemburu. Kita hanya berteman. Tak seharusnya aku berlaku seperti itu. Namun, aku tidak benar-benar bisa untuk tidak cemburu kepadamu.
Mungkin kamu menyesal telah mengenalku. Aku juga menyesal karena terlalu jujur kepadamu. Sebab nyatanya aku tidak siap untuk menghadapi resiko menjadi jujur. Mungkin karena awalnya aku kira ini akan sementara dan biasa saja. Kini nyatanya tidak.
Kita, maaf aku maksudnya. Aku membuat jarak denganmu supaya aku dapat melampiaskan kemarahanku dengan sempurna. Sebenarnya aku selalu berharap lega ketika menuliskan semua keluhan dan kesenangan. Tapi nyatanya tulisanku sama dengan kejujuran yang aku berikan. Sama-sama diacuhkan. Namun sepertinya aku mulai menikmati yang ku anggap sebagai sikap acuhmu padaku. Kini cinta, sayang atau apapun itu namanya semakin tumbuh besar, semakin diterpa angin kencang, semakin menjadi, semakin gila. Menjadi gila karena berharap.
Tak usah hiraukan aku yang menjadi semakin gila kepadamu. Sekalipun kau acuh, aku semakin menggila. Hati-hati dengan orang gila, apalagi dengan yang gila kepadamu.
Terasa aneh?
Tak ingin berteman?
Tak ingin peduli?
Mau menjauh?
Semakin sebal?
Semakin kasihan?
Yang jelas aku semakin gila. Semakin gila karena harapku yang terlalu gila kepadamu. Mungkin karena kita memang belum saling mengenal, atau aku yang terlambat jujur kepadamu?
Biar tulisan ini saja yang menyampaikan segala hal tentang pikiran dan perasaanku kepadamu. Selamat membaca atau tidak membaca. Aku akan menunggu kabar baik dan buruk dari siapapun yang membaca, memahami dan mengasihani.
Maaf jika terlalu aneh. Terima kasih.

24 Januari 2020 (2)

Sampai bertemu di hari nanti.
Pastikan kamu datang jika aku mati.
Mati rasa?
Mati raga?
Sebab tak ada lagi yang akan disampaikan.
Berbahagialah dengan segala hal.
Semoga semuanya baik-baik saja.
Terima kasih sudah mau mengenalkan diri.
Terima kasih untuk apapun itu.
Aku akan kembali dengan keinginanmu.
Aku akan kembali menutup diri.
Sedikit tersakiti untuk yang disayangi?
Itu yang paling baik untuk saat ini
Semoga tak ada semoga lagi nantinya.
Biar nanti tetap menjadi nanti yang penuh misteri.
Jangan sampai kamu salah melangkah.
Jangan sampai aku kembali melangkah.
Aku siap untuk kalah.
Aku siap untuk menang.
Tapi,
Aku tidak siap jika kamu mengalah.
Aku tidak siap jika kamu merasa bersalah.
Semakin kacau?
Benar,
Kini aku semakin kacau.
Bukan kamu yang membuatnya.
Tapi aku yang menginginkannya.

24 Januari 2020

Sial!
Kecemasan belum hilang.
Keraguan kembali menghadang.
Melangkah terasa berat.
Benar atau salah belum pasti.
Iya atau tidak sudah pasti.
Nafas panjang kembali berderu.
Niat baik terlihat jahat.
Niat jahat mudah dianggap.
I love you atau nafsu hanya Tuhan yang tau.
Memilih untuk maju penuh ragu.
Sedang memilih mundur disangka kabur.
Sementara bertahan dianggap kekanakan.
Siapa jahat?
Siapa baik?
Siapa benar?
Siapa salah?
Semoga aku tidak salah mencinta.
Semoga kamu tidak salah memilah.
Katanya,
Yang bertahan kalah dengan yang membuat nyaman.
Namun siapa yang tau nantinya.
Bertahan dengan yang membuat nyaman?
Atau
Membuat nyaman yang sedang bertahan?
Semoga kamu bertahan dengan nyaman.
Dan
Semoga aku nyaman dengan bertahan.
Yang terpenting
Semoga nyaman dengan pilihan masing-masing.
Semoga bertahan dengan cara masing-masing.

Jan 23, 2020

23 Januari 2020 (2)

Benarkah tindakan ku kali ini? Menjauhi mu untuk sementara. Namun, rasanya berat kali ini. Di satu sisi aku ingin mengistirahatkan perjalanan untuk memilikimu dan di sisi lain aku tidak sanggup untuk menjauhi mu. Meski aku tau langkah ini semakin terseok-seok tapi perasaanku tidak bisa untuk tidak di dekat mu. Padahal belum satu hari penuh aku menjauhimu namun terasa mengganjal untuk melakukannya.
Tulisanku sendiri semakin sulit untuk mewakili perasaan kali ini. Entah karena gengsi untuk memilih kata yang katanya terlalu melankolis atau karena aku yang kebingungan sendiri dengan tindakanku kali ini. Atau karena aku yang belum bisa dan benar-benar sadar?
Bangsat! Bangsat! Bangsat!
Ku abaikan kembali lelah langkah ini, aku akan kembali melangkah sampai kematian menghentikanku dari melihat lekukan senyum di kepalamu yang seperti telur.

23 Januari 2020

Kesadaranku memang terlambat dan selalu ku hindari, maaf aku harus kembali karena istirahatku belum cukup dan kali ini sepertinya butuh waktu lebih lama. Jaga kesehatan dan kesadaranmu, pelihara kedewasaanmu. Jangan sungkan atau malu bila butuh bantuan, pertolongan atau sekedar bercerita. Aku akan membantu, menolong dan mendengarkan setiap ceritamu dengan penuh kasih. Terima kasih ✌

22 Januari 2020

Bersandar
Mengganjal
Firasat
Menepi
Sunyi
Terik
Membisik
Langkah
Lelah
Gelap
Kosong
Membasahi
Kembali
Gagal
Hambar
Maju
Ragu
Mundur
Hancur
Berhenti
Sepi
TAI KUCING!

20 Januari 2020 (2)

Akhirnyaaa, akhirnya aku dan kamu kembali menyebalkan.
Aku sebal jika pesan dari ku tak kamu balas
Kamu sebal jika menerima pesanku yang itu-itu saja
Aku sebal jika balasan pesanmu hanya sekedar balas
Kamu sebal jika kembali ditanyakan yang itu-itu saja
Aku sebal jika harus menunggu lama balasan pesanmu yang cukup satu baris
Kamu sebal jika pesanku datang terlalu cepat setelah kamu membalas pesanku
Aku sebal jika kamu menyebalkan
Kamu sebal jika aku menyebalkan
Akhirnya ya aku harus berhenti membuatmu kesebalan
Akhirnya ya kamu harus menyebalkan untuk...
Sudahlah, istirahat dulu supaya kita tidak saling menyebalkan. Toh ini hanya.... Halaaah, sebal aku. Kamu juga sebal kan?

20 Januari 2020

Tidak ada yang terlalu penting hari ini selain merindukanmu si kepala telur.
Rindu akan kata-kata yang keluar dari mulutmu.
Rindu akan lagu-lagu yang sesekali kau. senandungkan walau tak jelas
Rindu akan senyuman yang menenangkan.
Rindu akan keras kepalanya kita mempertahankan argumen masing-masing.
Rindu akan gerakan tanganmu yang lebih sering absurd.
Rindu akan obrolan kita yang tak pernah jelas.
Rindu akan kesabaranmu menemani keegoisanku.
Rindu akan segala hal yang membuatku merindukanmu.
Maaf aku sedang tak bisa membelikanmu kuota data untuk menyudahi kerinduanku padamu.
Maaf aku hanya bisa merindukanmu tanpa pembuktian.
Maaf aku selalu minta maaf. Terima kasih.

18 Januari 2020

Sial! Sekarang aku sudah tidak bisa lagi menuliskan apapun yg menggambarkan kegelisahanku. Berulang kali aku menekan tombol keyboard, namun rasanya tidak ada kata-kata yang sanggup mewakili kegelisahanku saat ini.
Terlalu banyak kata "mungkin" yang aku tuliskan, terlalu banyak kata "harap" yang aku impikan. Atau memang merekalah yang sanggup mewakili perasaanku kemarin, hari ini atau hari esok?
Tapi kali ini aku berusaha menghindari kata-kata tersebut, aku ingin menuliskan kegelisahanku dengan romantis. Dengan harapan kamu bisa sedikit membiarkan ku masuk lebih dalam di kehidupanmu atau minimal kamu tersenyum saat membacanya.
Ah sial! Kata "harap" kembali kutuliskan lagi. Sepertinya kata itu sudah menyatu dengan pikiran dan perasaanku yang terlalu berharap besar.
Tak apa, bukankah berharap lebih baik ketimbang harus putus harapan? Ya walaupun kadang-kadang aku sadar kalau harapanku akan menyiksaku nantinya. Tapi setidaknya aku masih bisa berusaha untuk menyampaikan perasaan dan pengharapan ku yang cukup besar kepadamu. Terima kasih.

16 Januari 2020

Nampaknya kini keadaan sudah membaik, meski aku tak pernah benar-benar istirahat. Namun aku menikmatinya, aku menikmati setiap langkahku di perjalanan kali ini. Entah karena jalan yang begitu landai atau karena rintangan yang semakin kunikmati setiap kedatangannya. Meski terkadang aku merindu akan rintangan yang membuatku sangat lelah untuk melawannya.
Tapi sebenarnya meski perjalanan kali ini sedikit membaik, aku tetap gelisah. Entah karena jawabanmu kemarin atau karena aku yang terlalu mengkhawatirkanmu disebrang jalan sana. Semoga kamu baik-baik saja disana, jangan pernah ragu dalam setiap langkah yang kau ambil. Begitupun aku, sampai saat ini aku tak pernah ragu dengan langkahku yang selalu tertuju kepada dirimu atau hanya kepada bayangmu semata.

Jan 13, 2020

13 Januari 2020

Kamu bilang perjalanan kita tidak searah sebab kamu memilih jalan yang lain, sebuah jalan yang kamu pilih sendiri, sebuah jalan yang kamu suka. Aku tahu perjalananku ini berada di jalan yang tidak tentu arahnya dan tidak jelas segala rintangannya. Tapi aku tahu jalan yang ku tempuh ini bertujuan hanya kepada mu. Aku tidak tahu seperti apa jalan yang kamu pilih, tapi kamu terlihat nyaman disana, kamu pernah bercerita kalau jalan yang kamu pilih terkadang sedikit bergelombang dan penuh rintangan. Aku tidak rela sebenarnya kamu memilih jalan yang seperti itu, tapi kamu suka dan mungkin menikmati perjalananmu yang seperti itu. Mungkin karena setiap perjalanan memiliki kemudahan dan kesukarannya sendiri.
Mungkin bila nanti kamu mulai jenuh dengan perjalananmu, atau kamu sudah lelah dengan jalan yang kamu tempuh. Tunggu aku disana, aku akan segera menjemputmu dan memulai perjalanan baru kita. Atau sudah seharusnya perjalanan ku kali ini harus diakhiri? Karena sepertinya kamu sangat menikmati segala hal dan segala kesulitan di perjalanan mu itu, apalagi sepertinya kamu tidak akan menungguku disana. Aku hanya butuh istirahat kembali sepertinya, istirahat yang benar-benar istirahat. Terima kasih.

Jan 10, 2020

10 Januari 2020

"Sepertinya kini perjalananku semakin jelas arahnya, aku hanya memerlukan teman berbicara sepanjang perjalanan ini. Membahas tentang segala hal, berbicara tentang apapun yg membuatmu tertarik dan terjaga dari lelahnya jalur yg harus dilewati. Aku sadar bahwa ini selalu tentang kamu, bukan tentang aku. Walau terkadang ego ku memaksa untuk selalu berbicara tentang aku dan tentang segala hal yg membuatku penasaran. Padahal kamu adalah sesuatu yg membuatku penasaran, tapi ku tahu kalau itu hanya membuatmu bosan. Mungkin karena aku yg belum berani untuk mengatakan segala hal tentang kamu, atau aku yg belum tahu hal apa yg menurutmu menarik untuk dibicarakan". Mungkin kamu atau siapapun yg membacanya mengira kalau aku sudah cukup optimis tapi aku menuliskannya hanya untuk menutupi betapa pesimisnya akan kekalahanku di perjalanan ini.
Biar, biar seperti itu saja. Meski semangat dan tenaga semakin terkikis aku akan tetap melanjutkan perjalanan panjang yg terhalang sesuatu di antara kamu, aku, kita, egois, harapan, sayang dan cinta.
Maukah kamu menemani perjalananku atau setidaknya menunggu aku yg masih berharap?

9 Januari 2020 (2)

Aku harus berjalan kembali meski istirahatku belum cukup. Tapi aku senang bisa melihat tawa dan tingkah aneh mu lagi, maaf kalau aku belum berani berbicara dan menatap matamu yg sayu lagi.
Aku lelah namun masih berjalan meski harus terengah-engah, pikiran dan perasaanku masih kacau. Atau mungkin perjalananku kali ini harus tertatih-tatih agar bisa kembali berbicara denganmu tanpa harus memedulikan perasaanku kepadamu yg semakin merekah ketika melihat wajahmu di hadapanku.
Beginilah aku, tak pernah berani untuk berbicara langsung denganmu. Ku harap semua tulisan-tulisanku dapat membuatmu mengerti bagaimana sikap ku belakangan ini, ya meskipun kamu tidak bisa memahaminya atau bingung dengan semua ini juga tak mengapa.
Kini aku kehabisan kata-kata untuk menggambarkan betapa kacaunya perasaan dan pikiranku. Maaf jika sudah membuatmu bingung, semoga semuanya baik-baik saja.

Jan 9, 2020

9 Januari 2020

Sial! Ternyata istirahatku tidak tenang. Beberapa kali kulihat notifikasi pesan, ku kira dari mu ternyata bukan. Ku tanyakan kabarmu, katanya kamu baik-baik saja. Malah katanya sekarang kamu sedang berusaha untuk diet. Senang aku mendengarnya, tapi jangan sampai diet mu itu menyiksa atau membuatmu terpaksa untuk kelaparan.
Bagaimana kabar ujian mu? Lancar atau tersendat oleh tugas yg kerap membingungkanmu beberapa kali itu?
Oh ya, kamu sudah baca tulisan ku sebelumnya? Tak perlu berpikir yg terlalu aneh atau membuatmu kesal dengan ku. Ya maaf kalau aku menyebalkan, mungkin memang harus seperti ini jadinya. Aku hanya ingin istirahat sebentar, semoga nanti aku bisa melanjutkan kembali perjalanan ku untuk kembali berjuang. Ya semoga, semoga aku bukan kembali pulang. Pulang dengan tangan hampa hanya menyisakan penyesalan. Meskipun aku belum tahu perjuanganku akan seperti apa nantinya, pulang dengan tangan hampa atau pulang dengan memelukmu erat.
Maaf ya, jangan lupa senyum dan jangan lupa jaga dirimu baik-baik. Kabari aku jika terjadi sesuatu denganmu atau kabari aku jika kamu ingin bercerita atau sekedar bertanya tentang hal-hal yg tak perlu ditanyakan.
Kabar ku? Masih sama seperti kemarin, masih menunggu kabar dari mu. Halu lu ya? Ya aku masih berhalusinasi seperti itu. Haha goblok!

Jan 6, 2020

6 Januari 2020 (2)

Istirahatku semoga dapat mengembalikan semuanya seperti semula, mengembalikan hubungan yang biasa namun baik-baik saja.
Istirahatku semoga dapat menyadarkanku bahwa kita hanya cukup berteman biasa namun saling berbagi tawa.
Istirahatku semoga dapat menutup perasaan kepadamu yg sepertinya terlalu berlebihan dan membosankan.
Istirahatku semoga dapat mengingatkan kamu yang begitu acuh namun banyak memberi harap.
Istirahatku semoga dapat mendengarkan kembali ceritamu yang penuh dengan segala keanehan namun terasa merindukan.
Istirahatku semoga dapat menjadi harapan terakhirku agar semuanya terlihat jelas namun penuh kericuhan.
Tapi istirahatku tidak akan menghilangkan sedikitpun apa yang sudah terjadi namun tetap menjadi misteri.
Terima kasih karena sudah menyadarkanku untuk beristirahat. Sebab aku tau ini adalah perjalanan yang panjang dan melelahkan, maka biarkan aku istirahat sejenak.

6 Januari 2020

Hey, apa kabar hari ini?
Harimu menyenangkan? Atau melelahkan? Atau membosankan?
Makan apa kamu siang tadi?
Oh ya, bagaimana keadaan ibumu?
Ah iya, hubunganmu dengan sang kekasih bagaimana? Makin membaik atau memburuk? 
Maaf aku hari ini tidak mengabarimu secara langsung, aku sedang lelah. Aku ingin istirahat sebentar supaya kamu baik-baik saja.
Kamu baik-baik saja kan? Atau kamu sudah mulai jenuh dengan sikapku akhir-akhir ini?
Terima kasih jika kamu masih mau membaca dan menjawab semua pertanyaanku. Aku hanya ingin istirahat dari lelahnya pembicaraan satu arah, maaf kalau terkesan menyalahkan sebab itu yg kurasakan. Ah, mungkin itu hanya sifat kekanak-kanakanku yg selalu menuntut setiap kemauanku harus terpenuhi tanpa pernah peduli bagaimana kejenuhanmu untuk ngeladenin-ku agar semuanya baik-baik saja. Silakan jika mau menghubungi, aku masih asik duduk menanti. Istirahat sambil minum kopi demi menenangkan hati untuk kamu yg ku cintai.

Jan 3, 2020

3 Januari 2020

Tai!
Tai!
Tai!
Tai!
Tai!
Tai!
Tai!
Tai!
Tai!
Tai!
Untuk kesekian kalinya aku katakan TAI!

Maaf kalau terlalu kasar, mungkin karena aku yg sudah terlalu emosi sebab lagi-lagi harus mengalami penolakan untuk mengajakmu keluar. Hahaha goblok!, aku padahal sudah tau kamu akan menolak jika hanya kita berdua yg bertemu. Tapi aku mencobanya lagi, dan persis jawabanmu seperti perkiraanku. Habis! Ya aku kehabisan kata-kata untuk menuliskannya, pikiranku terlalu semrawut. Sementara, mungkin kamu akan tertawa membacanya. Ya sementara air mataku hampir keluar untuk menangisi penolakanmu kali ini, mungkin karena aku sudah tau resikonya tapi terlalu kekanak-kanakan untuk menyikapinya. Atau mungkin aku hanya menangisi kebodohanku untuk tetap mengajakmu bertemu, ya bertemu kamu, hanya berdua saja. Tak perlu ada siapapun lagi, sebab aku ingin membicarakan banyak hal kepadamu. Halah goblok! Banyak hal? Paling juga nanti banyak diamnya seperti biasa. Tenang, tak perlu merasa bersalah. Ini hanya aku yg terlalu keras kepala untuk kembali mencobanya, mungkin esok, mungkin lusa. Jika aku sudah tenang kembali aku akan mencobanya lagi, ya meskipun nanti kamu akan menolaknya lagi. Tapi aku sudah terlalu candu, susah untuk berhenti. Sebab tak ada pemberhentian disana selain pengharapan hingga akhir.

Jan 2, 2020

2 Januari 2020

Mulanya ku kira ini akan mudah untuk tidak memperhatikanmu, ternyata ini hanya membuatku kembali gelisah. Ini bukan soal urusan dengan siapa kamu pulang atau pergi, tapi ini hanya soal keegoisanku yg selalu ingin bersamamu. Tapi karena aku tidak ingin membuatmu kesal dengan paksaanku, maka hanya diam yg bisa kulakukan. Ku urungkan niatku untuk memaksamu pulang denganku, sebab aku sadar mungkin kamu hanya ingin pulang bersamanya. Ya bersama pria yg kau terima kembali, entah siapa yg kembali itu urusanmu. Atau mungkin kamu hanya tidak ingin membebaniku.
Ternyata benar kalau selama ini aku memang keras kepala, aku terlalu memaksamu untuk segala hal. Kamu tidak perlu merasa bersalah, kehadiranmu dihidupku bukan sebuah kesalahan. Melainkan sebuah perjuangan yang kita tidak pernah tahu apa hasilnya. Jika kamu bilang tak usah berkorban apapun untuk ini tapi aku sangat menyukainya, bukankah dalam berjuang ada saatnya harus terluka, tertusuk, bahkan harus terbunuh untuk memenangkannya. Jika memang harus seperti itu, aku akan tetap berusaha untuk memperjuangkannya.

Jan 1, 2020

1 Januari 2020

Entah ini kabar baik atau kabar buruk yg ku dengar, tapi yg pasti aku terkejut ketika kemarin sore secara tiba-tiba kau menanyakan untuk merayakan pergantian tahun bersama teman-teman. Aku sempat heran padahal kamu bilang sudah ada janji dengan kekasihmu malam ini. Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih telah membiarkan raga mu bersamaku malam ini. Walau aku tahu pikiranmu sedang tak ada disini, walau hatimu sedang merindukan dia disana. Sekali lagi terima kasih untuk semuanya, terima kasih telah bersamaku dipergantian tahun ini. Harapanku masih sama seperti kemarin, maaf sudah membuatmu harus hujan-hujanan. Terima kasih telah menemaniku malam ini meski aku tak tahu apa alasanmu melakukannya. Mungkin ini awal tahun yg baik atau buruk, tapi maaf sehabis perayaan ini mungkin aku hanya memperhatikanmu dari kejauhan, aku tidak bisa memberikanmu perhatian seperti biasanya lagi. Sebab sempat ku dengar kamu mengucapkan ungkapan sayang entah kepada siapa kamu berikan, yg pasti bukan untukku. Aku hanya ingin sadar bahwa harapanku hanya sekedar harap yg berjuang melalui doa dan usaha yg melelahkan sekaligus menyenangkan. Sedikit ironi memang, tapi begitulah keadaannya. Aku hanya ingin kamu ingat, bahwa aku selalu ada jika kamu membutuhkan apapun yg bisa ku bantu. Tanganku selalu terbuka untuk membantu mu, telingaku selalu siap mendengar tentang segala kisahmu, dan ku usahakan agar hatiku tetap menerimamu dalam keadaan apapun.
-Pondok Kelapa, 1 Januari 2020-