Feb 27, 2020

27 Februari 2020

Maaf kalau kamu merasa terganggu dengan sikapku yg membatu. Aku hanya berusaha untuk masuk ke dalam pikiran dan perasaan mu. Aku sadar kalau kamu berusaha mengabaikanku. Aku juga sadar kalau cara ku ini terlalu mengganggumu. Tapi aku tetap membatu. Ya seperti batu, hanya bergerak karena bantuan yg lain. Tapi batu juga bisa menyakiti bila dilempar keras, atau mungkin malah hancur sendiri karena kalah keras. Semoga aku menjadi batu yg hancur karena kalah oleh kerasnya sikap mu itu. Semoga juga aku tidak menjadi batu yg akan menyakitimu kelak. Aku hanya ingin menjadi batu yg bisa menjadi pijakan untuk langkah kakimu di jalan yg berlubang, agar tak goyah langkah kakimu yg sebenarnya sangat kuat namun sering hilang keseimbangan dan terkadang salah berpijak. Namun sepertinya aku hanya akan menjadi batu yg terkubur di dalam tanah karena terlalu kotor dan sedikit rapuh.
Aku sebenarnya ingin berbicara banyak denganmu setiap waktu. Sayang aku tak mampu mencari pembicaraan selain pertanyaan membosankan dan isi kepalaku yg aneh. Padahal aku hanya ingin membicarakan semua isi kepalaku kepadamu. Tapi mungkin itu terlalu aneh atau mungkin malah terlalu membosankan bagimu. Kenapa kamu? Mungkin baru kali ini aku benar-benar berani dan nyaman mengeluarkan semua isi kepalaku yg aneh. Apa mungkin ini rasanya menjadi aneh? Sedikit teman, sedikit perhatian, sering dijauhi karena aneh, karena dianggap bodoh. Atau mungkin ini yg namanya karma. Jika benar ini karma yg harus aku tanggung, biar aku menikmati dan menangisi setiap karma yg ku tanggung setiap hari. Mungkin dengan begini aku akan terus mengingat dan menyebut nama mu dalam pertemuan suci tiap malam. Tak peduli tulisan ini terbaca atau tidak oleh mu, namun ini salah satu caraku agar tidak pernah berhenti mengingat kamu yg semakin jenuh dengan keanehan dan membatunya sikapku. Sekali lagi maaf. Terima kasih.

Feb 21, 2020

21 Februari 2020

Ada rasa senang dan gembira yang tak pantas kali ini. Ingin ku abaikan namun sudah lama juga aku menantikannya. Akhirnya hubunganmu dengannya telah berakhir. Semoga kali ini benar-benar berakhir. Tapi sepertinya aku harus bersabar sedikit untuk meminta hatimu untukku. Mungkin karena aku ingin membiarkanmu merasakan bebasnya hidup sendiri. Aku juga takut akan penolakan yang berujung kehilangan. Aku juga malu karena belum menjadi apa-apa. Terlebih lagi, kamu lebih kuat dan hebat.
Semoga jika nanti aku sudah berani dan siap untuk meminta hatimu, aku tidak terlambat lagi.
Semoga jika nanti kita sejalan, kamu mau menerima banyak kekurangan dari diriku yang lambat berbenah diri.
Semoga nanti aku tidak banyak membuatmu sakit.
Kamu siap? Aku siap.
Aku mau. Kamu mau?

Feb 17, 2020

17 Februari 2020

Setelah beberapa waktu kita saling diam tanpa bertanya kabar. Akhirnya tiba waktunya diamku kepadamu berhenti. Kita kembali saling bercerita dan saling meminta maaf atas ego masing-masing. Terlebih egoku yang terlalu berlebihan. Aku sadar kalau selama ini aku terlalu ingin didengar olehmu. Tanpa pernah aku mendengarkanmu. Mungkin karena perkenalan kita yang terlalu singkat. Atau karena aku yang terlalu egois. Hingga akhirnya aku mengerti bahwa akulah yang seharusnya mendengarkanmu. Sebab kupikir hanya aku yang mengalami beban berat. Namun ternyata kita memiliki berat beban dan beban berat yang cukup berbeda. Mungkin beban ku lebih berat dari beban yang kamu miliki. Tapi berat beban yang harus kamu tanggung ternyata lebih berat menurutku. Mungkin mulai saat ini aku akan lebih banyak mendengarkanmu. Sebanyak apapun ceritamu dan seaneh apapun itu aku akan tetap mendengarkan. Tak perlu sungkan atau takut. Pandangan dan perasaanku kepadamu tetap sama, tetap cinta yang sama. Maaf kalau terlalu berlebihan. Kamu masih menjadi kepala telur yang sama. Kepala telur yang kuat dan mandiri. Kepala telur yang absurd dan menyebalkan. Kepala telur yang ku harap sampai nanti. Sampai jenuh sampai mati. Sampai nanti kita tua lalu mati. Walaupun nantinya kita belum tentu bersatu. Aku tetap padamu. Asuuu!

Feb 11, 2020

11 Februari 2020

Hai. Bagaimana kabarmu? Semoga baik-baik saja. Maaf kalau aku menghilang belakangan ini. Aku takut untuk menghubungi dan berbicara denganmu. Aku takut pada harapanku sendiri. Memang perkenalan kita sangat singkat, tapi harapan yang ku tanam padamu terlalu besar. Itu juga yang membuatku takut. Mungkin memang lebih baik jika aku menghilang. Kamu pun pasti tak masalah jika aku menghilang, sebab kita berasal dari tak saling mengenal. Tapi harapanku tak pernah menghilang sedikit pun. Kini biarkan aku menghilang tanpa membawa harapan ku. Biarkan harapanku tetap mengharapkanmu. Mungkin nanti ia bisa membawaku kembali. Entah kembali hidup atau kembali hilang. Terima kasih.

Feb 5, 2020

4/5 Februari 2020

Sampai berjumpa di lain kesempatan. Jaga kesehatan. Jangan lupa makan. Jaga pikiran. Jaga perasaan. Semoga nanti kita bertemu dalam kewarasan. Sampai bertemu di lain waktu. Salam untuk semua yang mengenalku. Saatnya mati lampu. Semoga harapan masih sanggup memberi penerangan.

Feb 1, 2020

1 Februari 2020

Hai. Semoga kamu baik-baik saja. Maaf kalau semalam aku terlalu memaksa agar kita dapat berbicara. Namun sayangnya, kamu tidak bisa. Katamu, kamu sedang bermasalah dengannya. Ya, maaf kalau aku terlambat mengerti keadaanmu semalam. Sebab aku memang sedang kacau semalam, pikiranku terlalu rumit. Mungkin karena aku sedang jenuh. Ya, jenuh dengan keadaan ku belakangan ini. Akhirnya aku kembali bercerita kepada benda-benda mati di kamar ku lagi. Dan anehnya lagi, semalam aku menangis! Setelah sekian lama aku benar-benar menangis! Aku menangisi keadaan ku sendiri, aku menangisi nasib ku sekarang dan yang paling aneh aku kembali menangis untuk seorang wanita. Ya, kamu orangnya. Kenapa? Aku juga tidak begitu paham kenapa aku harus menangis untukmu. Yang aku ingat, aku hanya ingin ngobrol denganmu sementara kamu sedang tidak bisa. Kemudian aku merasa tak ada seorangpun yang mau mendengar keluh kesahku dengan sempurna. Ya, kemudian aku menangis. Norak? Bohong? Ya terserah jika kamu tidak percaya. Tapi kamu tahu, aku tak pernah merahasiakan apapun kepadamu. Merasa bersalah? Jangan, jangan, jangan merasa bersalah. Jika ada yang harus disalahkan harusnya aku yang salah. Bangga? Ya, kamu harus bangga jika ada pria yang menangis karena mu, sebab baginya kamu telah menjadi seseorang yang penting baginya. Meski pria itu tidak terlalu penting untuk mu. Senyum-senyum kecil? Silakan, aku senang melihat kamu tersenyum. Setidaknya sekarang perasaanku sudah lega, ya semoga benar-benar lega. Jika nantinya perasaanku kacau lagi, aku telah menemukan cara untuk mengobatinya. Maaf ya kalau semalam dan kemarin aku selalu mengganggu mu.