Maaf kalau kamu merasa terganggu dengan sikapku yg membatu. Aku hanya berusaha untuk masuk ke dalam pikiran dan perasaan mu. Aku sadar kalau kamu berusaha mengabaikanku. Aku juga sadar kalau cara ku ini terlalu mengganggumu. Tapi aku tetap membatu. Ya seperti batu, hanya bergerak karena bantuan yg lain. Tapi batu juga bisa menyakiti bila dilempar keras, atau mungkin malah hancur sendiri karena kalah keras. Semoga aku menjadi batu yg hancur karena kalah oleh kerasnya sikap mu itu. Semoga juga aku tidak menjadi batu yg akan menyakitimu kelak. Aku hanya ingin menjadi batu yg bisa menjadi pijakan untuk langkah kakimu di jalan yg berlubang, agar tak goyah langkah kakimu yg sebenarnya sangat kuat namun sering hilang keseimbangan dan terkadang salah berpijak. Namun sepertinya aku hanya akan menjadi batu yg terkubur di dalam tanah karena terlalu kotor dan sedikit rapuh.
Aku sebenarnya ingin berbicara banyak denganmu setiap waktu. Sayang aku tak mampu mencari pembicaraan selain pertanyaan membosankan dan isi kepalaku yg aneh. Padahal aku hanya ingin membicarakan semua isi kepalaku kepadamu. Tapi mungkin itu terlalu aneh atau mungkin malah terlalu membosankan bagimu. Kenapa kamu? Mungkin baru kali ini aku benar-benar berani dan nyaman mengeluarkan semua isi kepalaku yg aneh. Apa mungkin ini rasanya menjadi aneh? Sedikit teman, sedikit perhatian, sering dijauhi karena aneh, karena dianggap bodoh. Atau mungkin ini yg namanya karma. Jika benar ini karma yg harus aku tanggung, biar aku menikmati dan menangisi setiap karma yg ku tanggung setiap hari. Mungkin dengan begini aku akan terus mengingat dan menyebut nama mu dalam pertemuan suci tiap malam. Tak peduli tulisan ini terbaca atau tidak oleh mu, namun ini salah satu caraku agar tidak pernah berhenti mengingat kamu yg semakin jenuh dengan keanehan dan membatunya sikapku. Sekali lagi maaf. Terima kasih.