Dec 31, 2019

31 Desember 2019 (2)

Selamat akhir tahun
Selamat merayakan pergantian tahun
Selamat telah kembali dengannya
Selamat menyendiri kembali
Selamat menikmati kebahagiaan
Selamat menikmati kesedihan
Selamat menikmati harapan baru
Selamat menikmati harapan yg hanya sekedar harap

31 Desember 2019

Sudah lewat tengah malam belum ada kabar juga darimu, sedang handphone mu tak bisa dihubungi. Aku berusaha berpikir positif kalau kamu hanya lupa memberiku kabar dan kamu sudah tertidur pulas sementara handphonemu hanya kehabisan baterai.
Tapi disisi lain aku tetap terjaga dari tidurku karena menunggu kabar darimu, entah karena khawatir atau karena kemarin aku terlalu banyak tidur. Atau karena kemarin aku berusaha untuk tidak terlalu memberi perhatian sesuai keinginanmu waktu itu.
Sulit memang rasanya, namun demi memenuhi keinginanmu akan kuusahakan.
Semoga malam ini kamu sesuai pikiran positifku, bahwa kamu sudah pulang dan telah tertidur pulas.
Semoga kamu baik-baik saja, semoga kamu bisa menjaga dirimu sendiri. Bukannya aku ingin menjauhimu tapi aku hanya ingin menyadarkan diri bahwa kita hanya berteman, walau sulit untuk berbohong kalau aku masih menyimpan rasa sayang kepadamu. Tapi bila kamu perlu bantuan atau tempat untuk sekedar bercerita, aku selalu siap untukmu.
Maaf tulisanku kali ini agak amburadul, mungkin karena pikiranku pun sedang berantakan.

Dec 30, 2019

30 Desember 2019 (2)

Terserah ini mau disebut kolot, konservatif, posesif, cemburu, khawatir atau apalah yg serupa dengannya. Tak masalah sebenarnya kalau kamu menemuinya hari ini, besok, lusa atau kapanpun yg kamu mau. Aku hanya butuh kabarmu, ya kabar yg tak selalu kau sampaikan atau sekedar pesan singkat yg kamu kirimkan.
Khawatir mungkin bisa disebutnya, aku khawatir sebab mungkin sudah berjam-jam aku tak melihatmu aktif di sosial media. Kebiasaan yg cukup aneh menurutku, karena ini bukan waktumu tidur.
Atau mungkin aku yg lupa bahwa kamu kali ini sedang menikmati kencan yg membuatku cemburu dan khawatir. Atau mungkin aku yg belum bisa melepasmu untuk kembali ke dalam pelukannya, atau mungkin aku yg belum bisa kembali menjadi temanmu yg hanya sebatas teman.
Atau mungkin perasaan sayangku padamu yg sudah terlalu tebal, atau aku yg terlalu bebal untuk sadar bahwa kamu hanya menganggapku sebagai teman.
Atau mungkin kabarmu tadi sore merupakan kabar terakhir yg kau kirimkan kepadaku, atau mungkin aku yg tak bisa berpikir positif ketika sedang mengkhawatirkanmu. Sekarang cepatlah pulang dan beri aku kabar, sebentar lagi sudah tengah malam.

30 Desember 2019

Aku cemburu karena orangtua mu telah menanyakan kabarnya
Aku cemburu karena dia bisa menatap wajahmu secara langsung
Aku cemburu karena hanya bisa menatap wajahmu secara virtual
Aku cemburu karena kau lebih mengutamakannya
Aku cemburu karena kau memberinya kesempatan
Aku cemburu kepada ulangtahun karena kau merayakan dengannya
Aku cemburu kepada sabtu minggu karena ia bersamamu
Aku cemburu kepada bantal indomie goreng karena dia bisa menemanimu tidur hingga pagi

Mungkin itu jawaban dari pertanyaan kamu kenapa ketika kenapa aku diam

Dec 29, 2019

29 Desember 2019 (2)

Terima kasih sudah mau membaca semua tulisanku, ku harap kamu benar-benar membacanya. Serba salah katamu setelah membacanya, kamu tidak harus merasa seperti itu. Aku hanya ingin kamu tahu bagaimana perasaanku kepadamu yang kemunculannya secara tiba-tiba.
Maaf kalau aku harus cemburu melihat dan mengetahui bahwa kamu sedang merayakan hari ulangtahunnya. Ya aku tidak seharusnya seperti itu, namun ya memang itu yg sedang kurasakan.
Kalaupun nanti kamu kembali ke dalam pelukannya, aku masih mengharapkan mu walau harus berjalan sendiri. Setidaknya kamu masih mau menganggapku sebagai teman dan masih mau bermain bersama.
Aku masih tetap temanmu yg menunggu untuk menjadi teman hidup. Maaf untuk kesekian kalinya jika kamu merasa tidak nyaman dengan sikap ku yg sangat memaksa ini. Tapi setidaknya kamu tahu bahwa aku masih menunggu, entah sampai kapanpun aku tidak tahu. Maaf jika aku hanya berani menyampaikannya melalui tulisan, mungkin aku telalu cemen untuk mengucapkannya secara langsung.

29 Desember 2019

Sepertinya aku yg terlalu batu atau kamu yg terlalu acuh. Perkiraanku tidak terlalu meleset sebenarnya, kau bertemu kembali dengan kekasihmu. Ketakutanku bukan karena kamu menemuinya, yang aku takutkan kamu kembali ke dalam pelukannya lagi. Sedikit egois memang terdengarnya. Tapi jika keputusanmu untuk kembali padanya nanti adalah bahagia yg kamu cari dan kamu inginkan, aku rela jika hanya menjadi teman. Ya teman, walaupun terluka tapi tak mengapa. Toh teman tidak mungkin menghalangi kebahagiaan temannya kan?
Jika kamu sempat membaca tulisan ini, aku harap kamu tidak marah, kesal atau hal yg paling kutakuti. Aku tetap menjadi temanmu, kamu tetap temanku. Anggap saja ini hanya candaanku, atau anggap saja ini bentuk kejujuranku padamu, ya walaupun harus lewat tulisan. Sebab aku tidak ingin kehilanganmu, tidak ingin melewatkan senyummu, tidak ingin melewatkan ceritamu dan tingkah mu yg terkadang absurd. Maaf karena aku terlalu keras kepala mencintaimu, jangan tanyakan alasannya kenapa dan mengapa. Aku hanya minta izin agar kita tetap berteman seperti biasanya setelah kamu membaca ini.
Sekali lagi maaf dan terima kasih :)

26 Desember 2019

Sepertinya sudah hampir 12 jam sejak aku mendengar hal tersebut. Sesuatu yg tidak mengenakan bagiku dan mungkin juga bagi dirimu. Tapi karena kau tidak paham bagaimana rasanya aku mendengar kabar atau mungkin aku yg takut mengungkapkan rasanya kepadamu. Akhirnya aku kembali menahan sesuatu yg tak pernah bisa kukendalikan mempermainkan pikiranku. Sempat berencana untuk membuat keadaan ini terlihat baik-baik saja namun hatiku menolaknya. Mungkin jika pertanyaanmu semalam ku jawab dengan jujur aku tidak akan risau seperti sekarang. Tapi aku takut jika jujur hanya membuatmu semakin membenci perasaanku terhadap dirimu.
Sialnya aku harus tetap bisa bersikap biasa saja, supaya keadaan tetap seperti ini hingga kau menyadarinya. Mungkin ini yg dimaksud dengan resiko "mencintai seseorang yg tidak ingin mencintaimu". Hahahahaha goblok! Salah ku sendiri, sebab aku sudah tahu kamu hanya menerimaku sebagai teman.
Mungkin benar juga ucapanmu saat itu, aku tidak harus memberikanmu perhatian yg lebih agar tidak ada rasa kecewa. Sekarang kekecewaan sudah sedikit kurasakan, tapi kuusahakan perhatianku kepadamu tidak akan berkurang atau memang sudah saatnya aku tidak berlebihan lagi kepadamu.

23 Desember 2019

Akhirnya aku merasa lega walau harus ada sedikit luka. Sebab tak sengaja kupegang tangan mungilmu, yang membuatmu terasa tidak nyaman. Maaf kalau aku terlalu memaksa, sebab aku sudah tidak tahu dengan cara apalagi harus ku katakan. Tapi ketidak nyamananmu membuat ku berani untuk berucap, walau awalnya sedikit ragu. Namun tetap ku beranikan karena memang harus ku katakan secepatnya. Jawabanmu tetap sama, belum siap untuk menjalin asmara. Di saat itu pula aku sedikit kehilangan senyum absurd dari wajahmu yg seperti telor ayam negeri. Jika tidak berpikir cepat, mungkin hanya tangis dan keraguan yang ku dapat. Kau bilang kita masih bisa berteman dan bertemu, semoga itu tidak membuatku bertambah pilu. Semoga kau juga bisa menjaga jawabanmu hingga aku selesai berdoa dan berharap. Katamu aku tidak perlu membuatmu spesial, namun doaku untukmu masih spesial. Itupun jika kau bisa konsisten!

21 Desember 2019

Maaf kali ini sedikit memaksa dan meminta
Aku hanya ingin bertemu langsung
Bukan bertatap wajah secara virtual seperti belakangan ini
Sebab apa salahnya selagi ada kesempatan
Maaf kalau keinginanku sedikit kelewatan
Mungkin ada sebagian salahmu juga yang tidak menjawab jelas
Tapi tenang, salahku tetap lebih banyak
Maaf jika aku terus bertanya ya atau tidak
Terima kasih jika memang iya
Terima kasih pula jika memang tidak
Setidaknya aku lega dan tidak harus...
Maaf aku tidak dapat mengatakan lanjutannya
Karena memang sepertinya tidak ada lanjutannya
Sekali lagi maaf sudah mengganggu.

Dec 20, 2019

20 Desember 2019

Terima kasih sudah mau berkenalan
Terima kasih sudah mau menjadi teman
Terima kasih sudah mau berbincang
Terima kasih sudah mau menceritakan sebagian rahasiamu
Terima kasih sudah mau mendengarkan keluhanku
Terima kasih sudah mau sabar dengan kebiasaan buruk ku
Terima kasih sudah

16 Desember 2019

Benar rasanya, hujan di bulan desember ini rasanya berbeda. Terlebih aku harus khawatir akan terasa sia-sia terhadap semua hal yg tidak terlalu penting untuk dibicarakan ini.
Tapi ya memang aku yg terlalu bebal, padahal aku tahu hubungan ini tidak jelas. Ya, sekalinya harus dijelaskan pun pasti akan berakhir hanya sebatas teman.
Mungkin seandainya jawabanmu dari dulu adalah tidak, aku tidak harus bersikap seperti ini padamu. Tapi ya dasarnya aku ini bebal tetap saja bebal. 
Kini aku hanya pasrah terhadap langit yg selalu menurunkan hujan setiap aku merasa bebal, mungkin langit tidak menyukainya setiap kali aku cemburu padamu.
Mungkin juga langit ingin membuat ku terasa lebih melankolis, padahal yg aku ingin hanya ada romantis yg diturunkan bersama derasnya hujan. Semoga kamu juga berharap seperti yg aku inginkan.
Tapi, sekali bebal ya tetap bebal.
-Bintaro, Desember 2019-

15 Desember 2019

Baru kemarin rasanya mengenal, aku masih ingat waktu kamu mengajarkan beberapa hal yang akupun sudah lupa. Ya mungkin karena itu hanya cara teknis untuk mengerjakan pekerjaan kantor yg membosankan. Hingga akhirnya aku baru tahu kalau ternyata waktu itu kamu sudah dimiliki seseorang.
Sadar akan hal tersebut ya akupun hanya bisa memandangi wajahmu tanpa kau sadari.
Waktu berlanjut hingga akhirnya kita bisa tertawa, bercanda dan ngegosip tentunya. Akupun mulai sedikit tahu rahasiamu yg sebagian orang tahu dan sebagian lainnya tidak. Namun kali ini aku terlambat menyadari kalau kamu sudah memiliki seseorang yg baru, meskipun beberapa kali kamu bilang ingin segera mengakhirinya.
Hingga tulisan ini dibuat, rasa sayang yg muncul tanpa sebab (meski terkadang tanpa sebab itu adalah sebab yg tidak memiliki jawaban namun memiliki akibat) terhadap dirimu tidak berkurang sedikitpun. Tapi jujur kecewa kembali kurasakan untuk kesekian kalinya, mungkin karena pengharapanku terlalu besar sehingga aku tidak cukup kuat untuk menanggung resikonya. Atau mungkin ini adalah sesuatu yg dari dulu tidak pernah ku pahami namun selalu ku alami.

13 Desember 2019

Ya akhirnya harus ku terima hasil perjuanganku dan teman-temanku melawan ketidakadilan terhadap teman-teman yg selalu mengeluh akan pembayaran yg tidak adil oleh sebuah korporasi dimana kami bekerja. Sempat tempo hari rasanya perjuanganku akan menghasilkan sesuatu yg kurahapkan, ternyata tidak. Orang yg kukira lawan namun dapat membantuku melawan korporasi harus pindah tempat, mungkin ia juga tidak mengerti kenapa harus melawanku dan harus menuruti kemauan korporasi yg mungkin ia rasa tidak adil. Sedikit lega tadinya karena kupikir urusan ini selesai, tapi aku lengah oleh serangan mendadak dari korporasi. Mereka berhasil mengeluarkan kami dari arena pertarungan. Sebenarnya tidak terlalu masalah karena harus keluar dari arena pertarungan, sebab teman2 yg nasibnya kami perjuangkan telah mengerti.
Ketakutan terbesarku sebenarnya karena tak bisa menjaga wanita yg telah ku cintai tanpa sebab, aku takut ia tergoda oleh teman2ku dan melupakanku. Memang terdengar melankoli dan ironi, sebab kupikir begitulah nasib setiap pejuang, harus kehilangan orang yg dicintainya di medan pertarungan. Namun bagaimanapun akan ku usahakan untuk tetap bisa menjaganya meski dari luar arena pertandingan.

2 Desember 2019

Pada wajahmu kutemukan kedamaian
Pada bahasamu kutemukan kedamaian
Pada langkahmu kutemukan kedamaian
Pada senyummu kutemukan kedamaian
Pada amarahmu kutemukan kedamaian
Pada pesanmu kutemukan kedamaian
Pada tidurmu kutemukan kedamaian
Pada canda tawamu kutemukan kedamaian
Pada sendu tangismu kutemukan kegundahan
Pada hilangmu ku kehilangan kedamaian

27 November 2019

Apa benar yg aku lakukan, kembali peduli terhadap sesama yg sama sekali tidak memiliki kepedulian terhadap sesama. Gelombang ketakutan memberi kemunduran bagi setiap tindakanku kali ini.
Dimana aku yg suka tidak peduli akan pendapat orang lain, dimana aku yg selalu memukul kepedulian terhadap sesama?

22 November 2019

Kabar buruk diawal bulan rasanya datang terlalu cepat, padahal satu bulan sebelumnya sudah merasa paling loyal. Tak peduli kesehatan fisik maupun mental, sebab rencana plesir di awal bulan sudah dirancang sedemikian rupa, ya meskipun belum terlalu matang.
Kembalinya dari plesiran ke dataran tinggi di tanah jawa, akupun merasa ingin kembali kesana. Bukan, bukan karena merasa kurang liburan. Tetapi karena rasa kesal ketika baru sampai kemudian harus beradu argumen tentang siapa yg benar dan salah. Sepakat pun didapat kami pun sepakat untuk berjabat tangan meski liur dan dahak ingin menghampiri wajahnya yg merasa paling profesional ketimbang yg lain. Kembali ke depan layar hingga datang petang lalu pulang.
Keesokan hari kami kembali bertemu, ternyata kesepakatan kemarin diubah setelah berbagai pertimbangan, mungkin ia pikir itu yg terbaik. Kesempatan kembali saya dapatkan, namun ini yg terakhir. Entah senang atau sedih aku merasa bimbang di tengah jalan menuju layar, rasa kecewa sudah final sebab dianggap tidak profesional oleh mereka yg merasa paling profesional hanya karena tingkat jabatan yg beda.
Lantas kenapa ketika hal ini diberitakan kepada mereka yg mengaku teman, kecewa dan dendam ikut dirasakan mereka. Bukan maksud untuk menghasut atau memancing ribut, tapi itu kecewa yg kami rasakan. Karena terlalu loyal? Atau terlalu profesional? Silakan kalian mengkhayal.

4 Oktober 2019

Sebuah parade kemenangan menemani si gelandangan yg sedang menikmati botol vodka terakhir yg ia miliki.
Sekiranya dapat menenangkan pikiran, ia teguk minuman hangat tersebut di antara dua gedung yg sedang menyaksikan gemuruh tarian dan nyanyian parade.
Di tengah meriahnya parade dan tenangnya si gelandangan dengan vodka di tangan, terdengar dentuman yg cukup keras dari birunya langit siang itu yg membuatnya terlempar dari ketenangan batinnya.
Sepinya parade setelah dentuman yg cukup keras membuatnya penasaran apa yg terjadi, kemudian ia beranjak dari tempatnya tadi sambil menggenggam vodka terakhirnya.
Tegukan pertamanya setelah keluar dari lorong sempit membuat ia sedikit terkejut karena parade tersebut telah berubah menjadi kebisuan yg menyisakan bau hangus badan yg terbakar oleh dentuman keras yg merupakan bom dari pihak lawan yg kemarin dianggap kalah oleh sekutu.
Sambil menggenggam vodka, ia mengumpulkan mayat tersebut menjadi tumpukan dan sandaran yg hangat untuk menikmati tegukan terakhir vodka yg ia miliki tanpa harus terganggu oleh riuhnya kemenangan dan kekalahan perang yg hanya membuatnya menjadi gelandangan.

18 Mei 2019

Ada kalanya kita harus kembali ke titik permulaan
Kembali memulai perjuangan
Kembali merasakan nikmatnya tangisan demi kebahagiaan
Kembali melepas kebahagiaan agar tak ada yg bersedih
Kembali merangkul dan berpeluh demi manisnya senyuman
Kembali mengurai cerita2 masa lalu yg menopang semangat
Kembali untuk berjuang, dan berjuang untuk kembali

25 April 2019

Suka lupa
Suka lupa kalau suka
Suka lupa kalau tidak disukai
Suka lupa kalau ingat
Suka lupa kalau tidak diingat
Suka lupa kalau sayang
Suka lupa kalau tidak disayangi
Suka lupa kalau sadar
Suka lupa kalau tidak sadar telah dilupakan
Suka lupa kalau lama tidak bertemu
Suka lupa kalau masih mengharap untuk bertemu

19 April 2019

Kehidupan tetap berlanjut, sementara pandangan kita masih tertutup kabut tebal.
Sempat ingin menghampiri untuk bertemu denganmu disebrang namun kabut tetap menghalangi pandangan, sementara jurang menghimpit jalan satu-satunya untuk kembali saling memandang.
Tak tahu kapan mentari datang untuk mengenyahkan kabut yg menutup pandangan.
Aku yg bersebrangan denganmu masih tetap menunggu di tepian jalan yg berhimpit jurang sampai pandangan kembali terang.