Dec 20, 2019

22 November 2019

Kabar buruk diawal bulan rasanya datang terlalu cepat, padahal satu bulan sebelumnya sudah merasa paling loyal. Tak peduli kesehatan fisik maupun mental, sebab rencana plesir di awal bulan sudah dirancang sedemikian rupa, ya meskipun belum terlalu matang.
Kembalinya dari plesiran ke dataran tinggi di tanah jawa, akupun merasa ingin kembali kesana. Bukan, bukan karena merasa kurang liburan. Tetapi karena rasa kesal ketika baru sampai kemudian harus beradu argumen tentang siapa yg benar dan salah. Sepakat pun didapat kami pun sepakat untuk berjabat tangan meski liur dan dahak ingin menghampiri wajahnya yg merasa paling profesional ketimbang yg lain. Kembali ke depan layar hingga datang petang lalu pulang.
Keesokan hari kami kembali bertemu, ternyata kesepakatan kemarin diubah setelah berbagai pertimbangan, mungkin ia pikir itu yg terbaik. Kesempatan kembali saya dapatkan, namun ini yg terakhir. Entah senang atau sedih aku merasa bimbang di tengah jalan menuju layar, rasa kecewa sudah final sebab dianggap tidak profesional oleh mereka yg merasa paling profesional hanya karena tingkat jabatan yg beda.
Lantas kenapa ketika hal ini diberitakan kepada mereka yg mengaku teman, kecewa dan dendam ikut dirasakan mereka. Bukan maksud untuk menghasut atau memancing ribut, tapi itu kecewa yg kami rasakan. Karena terlalu loyal? Atau terlalu profesional? Silakan kalian mengkhayal.

No comments:

Post a Comment